Tampilkan postingan dengan label tips. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tips. Tampilkan semua postingan

Jumat, 20 April 2012

Pemeliharaan TBM kelapa sawit

PEMANCANGAN DAN PENYIAPAN LUBANG TANAM KELAPA SAWIT
1. Kerapatan Tanam, Jarak Tanam Dan Pemancangan
1.1. Kerapatan Tanam
Kerapatan tanam mempunyai hubungan yang tak dapat dipisahkan dengan produksi yang akan diperoleh dari luas lahan per hektar, karena kerapatan tanam berhubungan dengan populasi tanaman dan keefisienan penggunaan cahaya, juga mempengaruhi persaingan antara tanaman dalam menggunakan air dan unsur hara. Pada umumnya, produksi tiap satuan luas yang tinggi tercapai dengan populasi tinggi, karena tercapainya penggunaan sinar matahari, air dan unsur hara secara maksimum di awal pertumbuhan. Akan tetapi pada akhirnya, penampilan masing-masing tanaman secara individu menurun karena persaingan untuk mendapatkan sinar matahari,air dan unsur hara. Kerapatan tanaman yang optimum hanya dapat ditentukan dengan mengetahui potensi produksi pada beberapa kerapatan tanaman. Hasil kajian Breure tentang pengaruh kerapatan tanam terhadap pertumbuhan dan hasil Kelapa sawit di Papua New Guinea dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Pengaruh kerapatan tanam terhadap pertumbuhan dan hasil Kelapa sawit di Papua New Guinea
Uraian Umur Tanaman
(tahun) Kerapatan Tanam (Tanaman per Ha)
56 110 148 186
Hasil (kg/tanaman/tahun)
Hasil (ton/ha/tahun)
Jlh tandan/tanaman/tahun
Berat tandan rata-rata (kg) 5 – 6
5 – 6
5 – 6
5 – 6
256
14,3
21
12,2 268
29,5
20,7
12,9 235
34,8
20,0
11,8 179
33,3
15,8
11,3
Hasil (kg/tanaman/tahun)
Hasil (ton/ha/tahun)
Jlh tandan/tanaman/tahun
Berat tandan rata-rata (kg) 12 – 14
12 – 14
12 – 14
12 – 14
301
16,9
12,9
23,4 227
25
10,7
21,2 148
21,9
7,9
18,8 114
21,2
6,7
17,4
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa hasil (kg/tanaman/tahun) untuk kerapatan tanam 56/ha dan 110/ha pada umur 5-6 tahun adalah hampir sama, mengindikasikan bahwa persaingan antar tanaman terhadap cahaya matahari, air dan unsur hara bukan merupakan faktor persaingan pada masa ini. Untuk tanaman yang lebih tua 12 -14 tahun hasil (kg/tanaman/tahun) terjadi penurunan yang jelas dengan meningkatnya kerapatan tanam.
1.2. Jarak Tanam
Pada umumnya perkebunan kelapa sawit menerapkan jarak tanam sama segala penjuru (equidistant plant spacing) yang umum dikenal dengan jarak tanam segitiga sama sisi (sistem mata lima). Sistem ini memberikan pemanfaatan yang lebih besar terhadap tanah untuk pengambilan unsur hara dan menyediakan ruang dan cahaya matahari bagi perkembangan pelepah daun. Sudah dibuktikan di Afrika bahwa penanaman sistem segitiga sama sisi menghasilkan lebih banyak dari pada penanaman dengan sistem kubus. Menggunakan sistem sama sisi membuat jarak antar barisan lebih pendek dari pada jarak antar tanaman. Jarak antar barisan dapat dihitung dengan rumus jarak antar tanaman x 0,866. Jarak tanam akan tergantung kepada kerapatan tanam yang diinginkan. Pada jarak tanam sistem mata lima, hubungan antara jarak tanam ( x, m) dan kerapatan tanam (D, tanaman/ha) adalah :
Jarak tanam yang dibutuhkan untuk kerapatan tanam yang ditentukan dapat dihitung :
Tabel 2. Jarak Tanam Sistem Segitiga Sama Sisi dan Kerapatan Tanam yang Umum Digunakan
Jarak Tanam (m) Jarak Antar Barisan (m) Kerapatan Tanam (Ha)
10 8,67 115/116
9,81 8,50 120/121
9,50 8,23 127/128
9,42 8,16 128/129
9,0 7,79 142/143
8,5 7,36 159/160
1.3. Pemancangan
Untuk mencegah dan mengatasi timbulnya pengaruh kekurangan cahaya matahari serta mendapatkan letak dan barisan tanaman yang teratur , maka pengaturan arah barisan tanam Kelapa Sawit sangat penting agar penggunaan cahaya matahari seefektif mungkin bagi setiap tanaman. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan pemancangan :
a. Keadaan Topografi Areal Tanam
Sebelum melaksanakan pemancangan terlebih dahulu mengetahui dan mengklasifikasikan keadaan topografi areal, dalam hal ini dapat diklasifikasikan ke dalam; areal rata sampai berombak (250). Pada umumnya untuk areal rata sampai berombak digunakan pemancangan sistem mata lima, sedangkan areal curam dan sangat curam digunakan sistem kontour.
b. Arah Barisan
Umumnya pada areal rata sampai berombak arah barisan pada tanaman Kelapa Sawit adalah Utara-Selatan. Hal ini berhubungan dengan arah penyinaran matahari Timur – Barat. Dengan membuat arah barisan Utara – Selatan maka jarak antar tanaman Timur – Barat lebih panjang daripada jarak antar tanaman dalam barisan, sehingga penyinaran matahari akan lebih lama bagi setiap tanaman karena saling menutupi antar daun tanaman lebih sedikit.
Untuk areal curam dan sangat curam arah barisan mengikuti arah kontour yang ada dan jarak antar tanaman adalah berbanding terbalik dengan jarak antar teras kontour. Untuk mendapatkan kerapatan tanam yang seragam pada semua tingkat kemiringan ( areal curam sampai sangat curam) dipergunakan metode pemancangan ”Violle” secara matematis dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
Contoh : Kerapatan Tanam = 143 Tanaman/ha
Jarak antar teras kontor = 8 meter
1.3.1. Persiapan Pemancangan
• Pemancangan dilakukan setelah selesai pembukaan areal.
• Pancangan tanaman dibuat dari bambu kecil panjang 1 meter; pancang kepala panjang 2,5 meter dicat bagian atasnya.
• Kawat diameter 2-3 mm sebanyak 2 utas masing-masing sepanjang 100 m. Tiap-tiap kawat diberi tanda sebagai berikut :
Kawat I : Diberi tanda tiap jarak tanam (9m); ujung ditambah 4,5 meter untuk mengukur jarak pancang hidup & mati.
Kawat II : Diberi tanda jarak antar barisan yaitu tiap 7,80 m
1.3.2. Pemancangan Pada Areal Datar
Dimulai dari luasan 1 ha terlebih dahulu (pancang hektaran) ukuran 100 x 100 m.
Contoh : Jarak tanam 9,0 m segitiga samasisi (9 x 7,80 m)
• Tentukan titik awal A berjarak 1,95 m (1/4 x 7,80 m) ; dan 2,25 m (1/4 x 9,0 m) dari pinggir arealdengan pancang kepala. Titik A sebagai awal pancang hidup.
• Kawat I; direntangkan U – S secara lurus dari titik A. Pada tiap titik 9 m ditancapkan pancang kepala. Arah rentangan dibantu dengan menggunakan kompas.
• Kawat II; direntangkan T – B. Pada tiap jarak antar baris 7,80 m ditancapkan pancang kepala. Nomor ganjil pancang hidup, nomor genap pancang mati.
• Kemudian kawat I digeser sejauh 7,80 m sejajar dengan barisan ke arah T – B. Tancapkan pancang pada tanda 4,5 m (pancang mati) dari B1 kemudian tiap 9 meter.
• Kawat I digeser lagi pada posisi B2 pada tanda pancang hidup 9 meter. Buat seterusnya sampai 10 barisan.
• Pada saat menanamkan pancang harus selalu dilihat lurus kesemua jurusan (mata lima)
• Bila pemancangan pada areal 1 ha ini sudah selesai maka dapat dilajutkan untuk memancang seluruh areal.
Tim pemancang minimal terdiri dari 5 orang dengan perincian sebagai berikut: – 1 orang tukang teropong
- 1 orang tukang pancang
- 2 orang penarik kawat
- 1 orang pembawa pancang
Kemampuan tim pemancang ± 3 ha / hari.
1.3.3. Pemancangan Pada Areal Curam dan Sangat Curam
Pemancangan pada areal curam dan sangat curam lebih sulit dari pada areal datar. Jarak antara kontour adalah merupakan proyeksi dari jarak antar barisan pada bukit tersebut. Sedang jarak dalam barisan dapat dihitung dengan metode Violle. Tahap pemancangan teras untuk areal curam dan sangat curam adalah sebagai berikut :
• Pilih lereng dengankemiringan rata-rata dari seluruh kemiringan bukit.
• Buatlah pancang kepala berwarna dengan sesuai jarak antar barisan yang diinginkan (mis: 8 m) ke arah bawah, pada kemiringan rata-rata mewakili seluruh areal yang ada secara horizontal.
• Gunakan tiga warna (merah , kuning dan biru) untuk pancang kepala, peletakkan pancang-pancang berwarna ini harus dilakukan berulang dan berurut. Ini akan membantu memastikan bahwa supir bulldozer tidak menembus kontour yang berbeda.
• Setelah selesai membuat pancang kepala, teras pertama diberi pancang berwarna merah pada kontour keliling bukit, dengan menggunakan abney level dengan penyangga berbentuk huruf T setinggi 1,5 m atau dumpy level.
• Untuk membantu pengamatan (pengukuran) pancang tersebut diletakkan dengan interval 10 -15 m.
• Untuk pembuatan teras berikutnya, pergunakan kawat pengukur yang diberi etiket besi sesuai jarak yang diinginkan.
• Peletakkan pancang pada teras ke-2 harus dimulai dari pancang ke-2 (kuning) dan begitu seterusnya ke arah bawah.
• Salah satu ujung kawat dipegang pada pancang ke-2 pada teras pertama (pancang merah), sedang ujung yang satunya (ujung yang ada etiket besinya), dipegang oleh satu orang pada calon teras ke-2 dan pemegang abney levelnya mengukur dari titik pancang yang sebelahnya.
• Dengan pemancangan seperti ini tidak menimbulkan kesalahan yang berarti. Supir bulldozer yang berpengalaman dapat mengusahakan membentuk level yang benar, selama pembentukan teras dengan meratakan kesalahan, memotong lebih dalam atau mengurangi kedalaman dimana perlu.
2. Pembuatan Teras/Tapak kuda
Pembatan teras secara mekanik biasanya dilakukan oleh bulldozer, dengan memotong teras selebar 3,5 – 4 m tetapi pada bukit yang paling curam dapat dipotong 3 m. Gambar potongan teras dapat dilihat pada gambar berikut:
Teras harus dipotong dengan kemiringan 150 – 200. Ini akan memudahkan pemadatan tanah dan berfungsi untuk menahan air dan menghentikan erosi akibat aliran air ke bawah.
Karena pada prakteknya hampir tidak mungkin membuat teras benar-benar rata ,maka perlu menghentikan aliran air ke bagian yang terendah . Ini dapat dilakukan dengan membuat stop bund dengan interval setiap dua pohon baik secara mekanik maupun manual. Dari dinding ke bibir teras, stop bund harus rata.
Jika pembuatan teras secara mekanik tidak memungkinkan, untuk alasan ekonomi, maka penanaman dibukit dapat dibuat tapak kuda (platform) secara manual berukuran 2,5 m x 2,5 m dengan kemiringan 150 – 200 ke arah dinding serta dipadatkan pada bagian tepinya.
PENYIAPAN LUBANG TANAM
1. Penyiapan Lubang Tanam Kelapa Sawit
1.1. Membuat Lubang Tanam di Tanah Datar
Penggalian lubang tanam dilakukan 1 – 2 minggu sebelum waktu tanam. Buat lubang tanam tepat pada pancangan yang telah ditentukan atau pada sisi pancang secara seragam pada semua pancang. Pada saat membuat lubang, lapisan tanah atas (top soil) diletakkan pada satu sisi dan lapisan tanah bawah (sub soil) pada sisi lainnya. Pembuatan lubang tanam pada tanah datar dapat dilihat pada gambar berikut :
1.2. Membuat Lubang Tanam di Teras
Lubang tanam dibuat 1 m dari dinding teras.
Lubang diisi dengan top soil yang berasal dari tanah diantara teras . Jika top soil tidak mencukupi, tanah galian dapat digunakan. Pembuatan lubang tanam pada teras dapat dilihat pada gambar berikut :
1.3. Membuat Lubang Tanam di Tanah Gambut
Menanam di tanah gambut akan menjumpai masalah yang disebabkan oleh drainase yang akan menimbulkan penyusutan tanah dan menyebabkan keluarnya akar sehingga tanaman doyong. Untuk mengkompensasi hal ini maka lubang tanam dibuat seperti gambar berikut:
2. Pemupukan Lubang Tanam
Pemupukan lubang tanam dapat dilakukan dengan pemberian Rock phospat saja atau kombinasi pupuk RP dengan TSP. Pelaksanaan pemupukan dapat dilakukan sebagai berikut :
• Mengunakan pupuk RP 200 g dan TSP 100 g dengan cara 100 g RP ditabur pada lubang sedangkan 100 g lagi dicampur dengan tanah penutup dan 100 g TSP dicampur dengan top soil
• Menggunakan pupuk RP 500 g dengan cara 250 g ditabur pada lubang sedangkan 250 g lagi dicampur dengan tanah penutup
Peralatan yang umum digunakan untuk membuat lubang tanam adalah cangkul dan alat ukur dapat berupa kayu yang telah diberitanda ukuran panjang, lebar dan dalamnya lubang.
JENIS TANAMAN PENUTUP TANAH PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
Tanaman penutup tanah adalah tanaman yang khusus ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman kerusakan oleh erosi dan/atau untuk memperbaiki sifat kimia dan fisik tanah.
1. Penggolongan Tanaman Penutup Tanah
a) Rendah, jenis rumput-rumputan dan tumbuhan merambat atau menjalar
• Dipergunakan pada pola pertanaman rapat
• Dipergunakan dalam barisan
• Dipergunakan untuk keperluan khusus dalam perlindungan tebing, gulud, terras, dinding saluran-saluran irigasi dan drainase.
b) Sedang, berupa semak :
• Dipergunakan dalam pola pertanaman teratur diantara barisan tanaman utama.
• Dipergunakan dalam barisan pagar
• Ditanam di luar tanaman utama dan merupakan sumber mulsa atau pupuk hijau.
c) Tinggi, jenis pohon-pohonan.
• Dipergunakan dalam pola pertanaman teratur di antara barisan tanaman utama
• Ditanam dalam barisan
• Dipergunakan khusus untuk melindungi tebing ngarai dan penghutanan kembali (reboisasi)
d) Tumbuhan rendah alami
e) Rumput pengganggu.
2. Tujuan penanaman tanaman penutup tanah
Tanaman penutup yang umum dipergunakan di perkebunan kelapa sawit bertujuan untuk :
• Melindungi tanah terhadap bahaya erosi
• Menekan pertumbuhan gulma, sekaligus menekan biaya penyiangan
• Memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah
• Melindungi tanah terhadap penyinaran sinar matahari secara langsung serta menjaga kelembaban tanah
• Menambah bahan organik tanah sehingga memperbaiki sifat fisik tanah
Persyaratan tanaman penutup tanah :
• Bukan merupakan saingan terhadap pengambilan unsur hara, sinar matahari dan air bagi tanaman utama
• Mudah diperbanyak baik secara vegetatif maupun generatif
• Tidak sebagai tanaman inang hama / penyakit bagi tanaman utama
• Pertumbuhannya cepat, tahan terhadap kekeringan, naungan dan berpotensi menekan perkembangan gulma
• Memberikan bahan organik yang tinggi dan mempunyai nilai C/N rendah
Jenis tanaman penutup tanah yang umum pada perkebunan Kelapa Sawit adalah sebagai berikut ;
a. Pueraria javanica (PJ) : bersifat tumbuh awal agak lambat, setelah tumbuh dapat bertahan lama dan lebih tahan terhadap naungan. Tumbuh melilit atau merambat , tidak mempunyai pengaruh buruk terhadap sawit muda, banyak daun dengan panjang sulur 1-3 m, tumbuh sampai ketinggian 1,000 m dpl, tidak peka sulurnya dan bukunya tumbuh akar sehingga mudah di stek, bijinya di panen pada bulan Juli sampai September relatif produksinya sedikit, musim kering daunnya akan berguguran, produksi daun tanaman berumur 5-6 bulan 200 kwintal/ha yang mengandung 200-300 kg N dan 20-30 kg P2O5, pada tanah yang sesuai dibutuhkan biji 3 – 4,5 kg/ha.
b. Centrosema pubescens (CP) : bersifat cepat tumbuh, tetapi tidak tahan naungan, sehingga tidak dapat bertahan lama. Tumbuh merambat dan menjalar, mempunyai pengaruh buruk terhadap sawit muda, banyak daun dengan panjang sulur 1-4 m, tumbuh sampai ketinggian 250 m dpl, tidak peka sulurnya, bijinya di panen pada bulan Mei sampai Agustus, tahan terhadap musim kering, produksi daun tanaman berumur 10 bulan 400-500 kwintal/ha yang mengandung 400-500 kg N dan 30-40 kg P2O5, pada tanah yang sesuai dibutuhkan biji 3- 4,5 kg/ha.
c. Colopogonium mucunoides (CM) : bersifat cepat tumbuh (perintis) tetapi tidak tahan naungan, sehingga tidak dapat bertahan lama dan pada musim kering mati. Tumbuh merambat dan menjalar, tidak mempunyai pengaruh buruk terhadap sawit muda, banyak daun dengan panjang sulur 1-3 m, tumbuh sampai ketinggian 300 m dpl, peka sulurnya dan akan mati kalau terinjak waktu panen, bijinya di panen pada bulan April sampai Juni, tidak tahan terhadap musim kering yang panjang tetapi segera tumbuh lagi di awal musim hujan, produksi daun tanaman berumur 5-6 bulan 200 kwintal/ha yang mengandung 200-300 kg N dan 20-30 kg P2O5, pada tanah yang sesuai dibutuhkan biji 3 – 4,5kg/ha.
d. Colopogonium caerulium (CC) : bersifat awal pertumbuhan agak lama, berumur panjang dan tahan naungan.
e. Mucuna cochinchinensis (MC)/ Mucuna bracteata (MB) : bersifat awal pertumbuhan lambat, tahan naungan dan berumur panjang.
Umumnya digunakan secara campuran; perbandingan campuran untuk kebutuhan per ha sebagai berikut :
• 3 kg PJ + 5 kg CM = 8 kg
• 3 kg PJ + 3 kg CM + 4 kg CP = 8 kg
• 3 kg PJ + 5 kg CM + stek CC 1250 polibag
• 1 kg CC + 3 kg PJ = 4 kg
• 3 kg PJ + 8 kg CP = 11 kg
• 1 kg CC + 8 kg CP = 9 kg
• 2 kg PJ + 1 kg CP + 2 kg CM = 5 kg
PENANAMAN TANAMAN PENUTUP TANAH
1. Cara Penanaman biji LCC
Penanaman kacangan penutup tanah dilakukan setelah pemancangan dan pekerjaan semprot rumput dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan agar penanaman tepat di gawangan (antar barisan tanaman) dan lahan yang akan ditanam kacangan penutup tanah bersih sehingga tidak terjadi kompetisi antara kacangan dengan gulma. Penanaman kacangan umumnya dilakukan pada awal musim hujan.
Sebelum dilaksanakan penanaman, benih kacangan terlebih dahulu diinokulasi dengan Rhyzobium. Inokulasi Rhyzobium dilakukan untuk memperbesar kemungkinan tumbuhnya bintil akar tanaman kacangan. Hal ini penting dilakukan terutama pada areal yang baru dibuka dan belum pernah ditanami jenis tanaman dari family leguminosae.Tiap 10-15 kg benih + air 250 cc + 1 bungkus Rhyzobium, diaduk di tempat teduh dan dikering anginkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam inokulasi ialah 1) inokulasi harus dilaksanakan pada tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung ; 2) Biji yang telah diinokulasi tidak boleh terkena matahari langsung ; 3) Biji yang sudah diinokulasi tidak boleh disimpan lebih dari 5 jam.
Norma kerja penanaman kacangan adalah 4-6 HK/ha. Biji kacangan dapat ditanam di dalam larikan atau di dalam lobang tugalan dalam gawangan. Arah sejajar dengan barisan Utara – Selatan. Pada saat menanam kacangan dicampur pupuk RP 10-15 kg/ha sesuai dengan berat benih yang akan ditanam. Penanaman di dalam larikan yaitu dengan mencangkol ringan sedalam mata garuk ( 5 – 10 cm). Penanaman dapat dilakukan dengan cara campuran atau tiap larikan hanya terdiri dari 1 jenis kacangan saja. Penanaman dengan sistem tugal yaitu dengan membuat lobang tugal di sepanjang jalur penanaman sedalam 2 – 4 cm dengan jarak 20 – 30 cm dan tiap lobang diisi 4 -5 biji kacangan. Pemupukan larikan 125 kg RP/ha. Secara normal diperlukan waktu 4-6 bulan agar kacangan 100% menutup areal.
Beberapa cara penanaman kacangan :
a. Tiga compressed drills
Cara ini terdiri dari tiga lajur penanaman untuk setiap baris tanaman sawit. Jarak antara lajur 2 meter dengan lajur terputus pada bagian tengah, dipisahkan oleh jarak selebar 4 meter pada titik tanam sawit.
b. Dua compressed bands
Cara ini terdiri dari 2 lajur ganda untuk setiap gawangan.
C. Beberapa metode lainnya :
Cara penanaman stek Colopogonium caerulium :
• Kedalam polybag kecil (ukuran 7 x 15 cm) diisi dengan lapisan tanah atas yang telah diayak dengan ayakan (0,5 – 1,0 cm)
• Bahan stek minimum mempunyai 2 ruas, stau ruas untuk ditanam (masuk kedalam tanah) dan satu ruas lagi di atas tanah
• Stek polybag disusun ditempat yang terlindung dan disiram setiap hari (pagi dan sore)
• Setelah berumur 2 – 3 minggu dipupuk dengan pupuk majemuk 12-12- 17- 2 sebanyak 0,3 – 0,5 gr/polybag
• Pada umur 1,5 – 2,0 bulan stek dapat dipindahkan ke lapangan dan harus pada musim hujan ( tanah harus cukup basah)
• Kebutuhan Stek 1200 – 1500 stek/ha
Pada areal datar 120 penanaman kacangan mengikuti arah kontour dan barisan kacangan berjarak 2 meter dari tanaman utama serta jarak tugalan 30 cm.
MEMELIHARA TANAMAN PENUTUP TANAH
PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
Memelihara kacangan dilakukan dengan membersihkan semua gulma (rumput dan anak kayu). Pemeliharaan kacangan meliputi pekerjaan :
1) Pengendalian lalang
2) Merumput yaitu pembasmian tumbuh-tumbuhan lain yang kebanyakan terdiri dari rumput-rumputan
3) Pemupukan tanaman penutup tanah
1) Pengendalian lalang
Diantara jenis gulma yang menjadi prioritas utama untuk dikendalikan adalah lalang (Imperata cylindrica). Pengendalian lalang dapat dilakukan dengan cara mekanis dan kimia.
a. Cara Mekanis
Regu melalang terdiri dari pekerja pria dan tugasnya hanyalah membasmi dan mengeluarkan lalang dari pertanaman; alat yang dipergunakan adalah garpu lalang (lalang vorken). Regu ini memasuki tiap gawangan tanaman, memeriksa dengan teliti keadaan gawangan dan bila dijumpai lalang yang tumbuh, maka digarpu sampai ke ujung akar, sehingga dengan demikian lalang dikeluarkan dari tanah sampai ke akar-akarnya. Lalang yang dikeluarkan dari tanah secara demikian dikumpulkan dan dibawa keluar pertanaman.
Pusingan melalang satu kali sebulan; bebeda dengan pusingan merumput, pusingan melalang ini tetap demikian terus menerus. Di tempat-tempat yang bebas lalang (sebetulnya hampir tidak ada tempat yang bebas lalang), regu-regu melalang tetap memasuki gawangan satu demi satu dan kegunaannya disini bukanlah mengeluarkan lalang, tetapi memberikan garansi bahwa tempat tersebut sudah diperiksa keadaan lalangnya.
b. Cara Kimia
Regu melalang biasanya terdiri dari wanita dan satu orang pria untuk tenaga penyemprot. Alat yang digunakan adalah ember kecil isi 2 liter, kain penghapus ukuran 10 cm x 10 cm dan 1 buah knapsack sprayer. Bahan yang digunakan berbahan aktif glifosat seperti Round up dengan dosis 1% untuk wiping dan 0,8% untuk semprot. Regu ini memasuki tiap gawangan tanaman, dan bila dijumpai lalang yang tumbuh dengan populasi rendah, maka dilakukan pengusapan (wiping). Sedangkan bila dijumpai populasi lalang yang tinggi ( spot sampai sheet lalang), maka dipanggil tenaga penyemprot untuk melaksanakan penyemprotan lalang.
Pusingan melalang sama seperti cara mekanis yakni sebulan sekali dan semua areal pertanaman harus dimasuki oleh regu melalang.
2) Merumput
Pekerjaan merumput dilakukan dengan membersihkan areal pertanaman dari rumput dan anak kayu. Bila penutup tanahnya baru tumbuh ( 2 – 3 minggu), maka pekerjaan ”membersihkan” penutup tanah dari rumput-rumputan dan anak kayu terdiri atas penggarukan rumput-rumputan dan anak kayu yang tumbuh di antara larikan penutup tanah dan pencabutan rumput-rumputan dan anak kayu yang tumbuh di dalam barisan leguminosa. Pada keadaan penutup tanahnya sudah rapat , pekerjaan ”membersihkan” penutup tanah hanyalah dilakukan dengan mencabut rumput dan mendongkel anak kayu. Regu merumput tidak dibolehkan mencabut atau menggaruk lalang yang ada dipertanaman, karena pekerjaan melalang sudah ada regunya sendiri. Sudah barang tentu dalam pelaksanaan pekerjaan merumput dapat diadakan variasi-variasi dalam urutan kerjanya, tetapi dasarya adalah; baik penutup tanah leguminosa dan piringan tanaman harus bebas dari rumput-rumputan yang tidak dikehendaki.
Rotasi merumput dimulai 2 -3 minggu setelah pananaman kacangan dan makin diperjarang dengan semakin bertambahnya umur dari kacangan. Sebaiknya untuk areal rendahan rotasinya lebih diperbanyak. Dalam pengaturan tenaga kerja harus diperhitungkan jumlah tenaga yang tersedia hari kerja dalam 1 bulan dan luas areal, untuk menghitung jumlah tenaga dapat dipakai rumus :
Jumlah T.K =
Hal ini penting untuk pengetahuan program kerja untuk menghindari pemborosan.
Sebagai patokan pemeliharaan kacangan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Bulan setelah tanam Pusingan HK/ha Keterangan
0 – 6
6 – 12
24 – 36
> 36 2 minggu
1 bulan
2 bulan
3 – 4 bulan 6 – 8
3 – 4
1 – 3
1 – 2 Sampai kacangan menutup
Termasuk piringan
Termasuk piringan
Cabut rumput termasuk piringan
3) Pemupukan tanaman penutup tanah
Tanaman penutup tanah legumiosa sangat peka terhadap pemupukan posfat; pupuk posfat yang umum digunakan adalah posfat alam (Rock Phospate). RISPA menganjurkan bagan pemupukan posfat seperti tertera di bawah ini.
Waktu Pemberian Dosis kg/ha Cara Pemberian
1. Saat tanam
2. Umur 3 bulan
3. Umur 2 tahun
4. Umur 3 tahun ± 20 kg RP/ha, disesuaikan dengan berat biji leguminosa yang dipakai /ha
200-300 kg RP/ha
100-200 kg/ha
100-200 kg/ha Dibaur bersama-sama dengan biji dan ditabur bersama-sama dengan biji
Ditabur merata di atas leguminosa
– “ -
– “ -
Cara pemberian pupuk RP pada pemupukan tananaman penutup tanah memerlukan perbandingan petugas pengecer dan petugas penabur pupuk 1 : 6. Penaburan pupuk dilakukan mengikuti arah angin dengan maksud antara petugas penabur pupuk yang satu dengan yang lainnya tidak mengalami gangguan akibat butiran pupuk yang diterbangkan oleh angin.
4) Hama Tanaman Penutup Tanah
Hama tanaman penutup tanah leguminosa berupa serangga yang menurut sifat serangannya dapat digolongkan menjadi hama acute dan hama chronic.
Hama acute adalah hama yang serangannya sewaktu-waktu saja. Serangga yang termasuk pada hama acute adalah ulat penggulung daun Nacoleia Lmprosema), Diemenalis (Lepidoptera), ulat jengkal Mocis undata (Lepidoptera; Noctuidae), ulat Tiracola plagiata (Lepidoptera ; Noctuidae), belalang Valanga nigircornis (Orthophtera ; Acrididae), kumbang dengung Holotricia (Lachhnosterna), Bidentata dan Psilopholis vestita (Coleoptera ; Melolontidae) dan kumbang Epilachna indica (Coleoptera ; Cochinelidae).
Hama chronic adalah hama yang serangannya terjadi secara terus-menerus. Hama chronic pada tanaman penutup tanah antara lain : kepik penghisap daun Chaulios bisontula (Hemiptera ; Ligaeidae) dan Halticus (Alticus) tibialis (Hemiptera ; Miridae), kumbang pemakan daun Pagria alneicollis Coleoptera ; Chrysomelidae), serta 3 jenis kumbang moncong (Coleoptera ; Curculionidae), yaitu Hyphomeces squamosus, Phytoscarphus triangularis dan Apion tumidun.
TEKNIK PENANAMAN DAN ORGANISASI PENANAMAN
1. Persiapan Bibit
• Umur bibit adalah 9 – 12 bulan dipembibitan utama.
• 1-2 minggu sebelum tanam bibit diputar terlebih dahulu untuk melepaskan akar yang sudah masuk ke tanah (100 bbt/hk).
• Lakukan seleksi tahap akhir sesuai dengan pedoman/standar (100 bbt/hk)
• Kumpulkan bibit sehat dan normal tiap 100 – 200 bibit.
• Untuk bibit tua daunnya dipangkas dengan ketinggian 1 – 1,5 m dari pangkal pelepah, bentuk kerucut dengan kemiringan 30 – 450
2. Pengangkutan
• Pagi hari sebelum diangkat ke lapangan, bibit disiram.
• Bibit yang baik dan normal (sesuai standar) diangkut dengan truck.
• Sampai di lokasi; diturunkan di beberapa tempat (titik ecer) sesuai kebutuhan.
• Regu pengecer membawa bibit ke titik pancang. Ingat: cara mengangkat jangan dipegang lehernya tapi diangkat pada dasar polibag
3. Waktu Penanaman
Penanaman harus dilaksanakan pada awal musim hujan, dimana nyata sekali lebih menguntungkan dibandingkan jika ditanam pada akhir musim hujan, oleh karena itu dianjurkan agar semua perisapan kerja diselesaikan agar penanaman dapat dilaksanakan secepat mungkin tanpa ada penundaan. Hanya bibit yang benar-benar tumbuh sehat yang harus ditanam.
Idealnya bibit berumur 9 – 12 bulan sebelum dipindahkan ke lapangan. Bibit kelapa sawit dapat dipelihara selama 2 tahun di pembibitan sebagai sisipan. Bibit-bibit ini memerlukan perhatian khusus, untuk mencegah transplanting shock pada masa mendatang, maka bibit harus ditanam pada polybag besar, dengan jarak tanam yang lebih lebar ( 1,5 – 1,8 m) segitiga sama sisi untuk mencegah etiolasi.
Sebelum dipindahkan ke lapangan seleksi tanaman kerdil dan jelek harus dilaksanakan secara keseluruhan. Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh anggota staff yang bertanggung jawab agar sewaktu pengambilan tidak ada lagi seleksi.
4. Teknik penanaman K. Sawit pada areal datar
Periksa apakah ukuran lubang tanam sudah benar.
Baik sekali jika kita memberikan 150 – 200 gr RP pada lubang tanam (setengah ditaburkan pada lubang, setengah pada tanah yang akan digunakan untuk menutup lubang), karena jika hanya diaplikasikan di permukaan setelah penanaman akan merembes sangat lambat. Untuk tanah mineral campurkan 100 TSP dengan top soil.
Potong dasar polybag secara hati-hati dengan pisau tajam sebelum dimasukkan ke dalam lubang tanam. Secara bertahap polybag ditarik ke atas sambil memadatkan tanah di sekitarnya.
Padatkan tanah sekitar tanaman dalam dua tahap (tahap pertama pada 1/3 kedalaman lubang) dengan kaki. Berhati-hatilah agar tidak merusak gumpalan tanah bibit ketika memadatkan tanah baru. Permukaan tanah polybag harus sejajar dengan permukaan tanah di areal. Hal ini untuk menjaga supaya penanaman tidak terlalu dalam. Apabila penanaman terlalu dalam akibatnya pertumbuhan tanaman akan terlambat, dan apabila terlalu dangkal maka tanaman mudah tumbang/rebah. Tancapkan pancang disisi tanaman dan bekas polybagnya diujung pancang.
5. Teknik penanaman K. Sawit pada areal berbukit
Periksa apakah ukuran lubang tanam sudah benar. Penanaman dan pupuk sama seperti pada tanah datar tanah mineral, hanya dalam hal pengisian lubang tanam adalah top soil yang diambil dari tanah top soil di atas lubang (tanah diantara teras) yang telah dibersihkan sampahnya. Jika top soil tidak mencukupi maka tanah galian dapat digunakan.
6. Teknik penanaman pada tanah gambut
Periksa apakah ukuran lubang tanam sudah benar. Untuk tanah gambut campurkan 300 gr RP + 15 g tembaga sulfat pada tanah pengisi lubang tanam. Penanaman pada tanah gambut dilaksanakan dengan metode lubang dalam lubang. Hal ini dilakukan agar tanaman dapat berdiri tegak dan tidak mudah tumbang, karena tanaman ditanam lebih dalam sehingga dengan bertambahnya umur tanaman dapat dilaksanakan penimbunan ke akar tanaman.
7. Organisasi Penanaman
Organisasi penanaman adalah sebagai berikut :
Uraian kerja Norma
Membuat lubang tanam
Memupuk lubang tanam
Menanam + mengecer 3 – 4 HK/ha
0,5 – 1 HK/ha
7 – 8 HK/ha
8. Pembuatan Peta Tanaman
Setelah 1 -2 minggu selesai menanam, dibuat peta tanaman. Norma tenaga kerja 1 HK/blok.
Alat yang digunakan:
• Formulir dengan sistem tanam segitiga samasisi/chartwell
• Alat tulis
Teknis Pelaksanaan :
 Pemetaan dilakukan blok per blok
 Pemetaan dimulai dari sudut blok; petugas berjalan di tengah gawangan.
 Beri tanda pada formulir :
– O : tanaman ada
– X : pancang tak ditanam karena parit/dll
 Setelah selesai 1 gawangan di batas ujung blok, dilanjutkan pemetaan kelang 1 gawangan lain dengan arah terbalik.
 Demikian seterusnya sampai selesai
 Peta di periksa kembali 1 kali/tahun untuk inventarisasi tanaman
9. Pembuatan Patok Blok
• Tiap-tiap blok diberi tanda batas blok dengan balok kayu atau beton bertulang
• Patok ditempatkan pada 4 sudut blok
• Informasi yang tertulis pada patok blok adalah :
No. Blok : …………..
Tahun Tanam : …………..
Luas Areal : …………..ha
Jumlah Tanaman : …………..
Jenis Tanaman :……………
KONSOLIDASI TANAMAN DAN PENYISIPAN TANAMAN KELAPA SAWIT
1. Ciri-Ciri Tanaman Yang Perlu Dikonsolidasi
Ciri-ciri tanaman yang perlu dikonsolidasi adalah :
- Tanaman yang miring karena penaman tidak padat.
- Pangkal akar berada di atas permukaan tanah
- Pangkal akar berada di bawah permukaan tanah
2. Teknik Konsolidasi
- Untuk mengatasi tanaman miring karena penanaman tidak padat dilakukan penimbunan dan memberikan penyokong apabila sulit untuk ditegakkan.
- Apabila pangkal akar berada di atas permukaan tanah dilakukan pembumbunan
- Pangkal akar yang tertanam dapat diatasi dengan menggali tanah disekitar pangkal akar.
3. Sensus Penyisipan
Untuk memastikan jumlah tanaman yang harus disisip harus dilakukan sensus terlebih dahulu. Sensus dilaksanakan 1 dan 2 tahun setelah tanam. Pada saat sensus dicatat setiap titik yang kosong, tanaman yang mengalami transplanting shock yang parah, tanaman kerdil dan abnormal. Sensus dilaksanakan blok per blok. Sensus dapat dilaksanakan bersamaan dengan pembatan peta tanaman. Dimulai dari sudut blok;petugas pemetaan berjalan di tengah gawangan. Petakan dan beri tanda pada formulir dengan tanda 0 = tanaman ada; x = tidak ada tanaman/tanaman abnormal. Data perincian jumlah tanaman yang disisip harus disimpan. Peta dicheck kembali 1 kali/tahun untuk inventarisasi tanaman.
4. Penyisipan Tanaman
Pedoman penyisipan :
i. 1 dan 2 tahun setelah tanam : sisiplah setiap titik yang kosong, tanaman tidak produktif, crown disease dll. Penyisipan harus selalu dilaksanakan pada musim hujan.
ii. 3 – 4 tahun setelah tanam; jika hanya satu titik diantara dua pohon yang kosong tidak disisip; jika 2 kosong, sisip 1; dan jika 3 atau 4 kosong sisip 2 atau tegantung pada lokasi.
iii. 5 tahun setelah tanam tidak ada penyisipan, kecuali jika ada tempat kosong karena kejadian yang tidak biasa, misalnya serangan penyakit akar yang hebat atau kerusakan angin dll.
iv. Kelapa sawit yang menderita crown disease harus diganti karena produksi dari pohon seperti itu akan sangat berpengaruh
v. Kelapa sawit yang mengalami transplanting shock yang parah atau diserang hama dan penyakit yang parah harus diganti.
Jumlah sisipan yang normal; TBM1 = 5%; TBM2 =2,5%; dan TBM3 = 1%.
Bahan tanaman untuk menyisip
i. Untuk mencapai seleksi di pembibitan optimum dan menyediakan bahan tanaman sisipan yang mencukupi, pemesanan biji harus lebih 30% dari kebutuhan lapangan yang sebenarnya (25% untuk seleksi dan 5% untuk sisipan).
ii. Dianjurkan bahwa 5% bahan tanaman untuk sisipan harus ditempatkan dengan jarak yang lebih lebar (1,5m x 1,5m) dari awal untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal. Bahan tanaman ini harus ditanam dalam polybag yang berukuran 50cm x 60cm x 0,2mm.
Persiapan penyisipan
i. Lakukan pemotongan pelepah mati dan yang tidak perlu untuk memudahkan pengangkatan
ii. Transplanting harus dilaksanakan pada musim tanam dan curah hujan yang cukup.
iii. Saat pemindahaan tanaman sisipan harus diikatkan menjadi stau untuk memudahkan pengangkutan dan pelaksanaan penanaman.
iv. Sebaiknya polybag, digeser 2-3 minggu sebelum pengangkatan, untuk memutuskan akar-akar yang tumbuh menembus dasar polybag. Ini merangsang pertumbuhan akar baru sebelum dipindahkan ke lapangan. Selam periode ini harus dilakukan penyiraman setiap hari.
Pemupukan untuk tanaman sisipan
Rekomendasi pemupukan adalah sebagai berikut :
Waktu aplikasi (minggu setelah tanam) Pupuk (g/tanaman)
Pemupukan dasar
10
20
30
40
50
>50 CIRP 230
Max (10:10:4:2+) 680
Max (10:10:4:2+) 900
Max (10:10:4:2+) 900
Max (10:10:4:2+) 1130
Max (10:10:4:2+) 1360
Menurut rek. Kebun
PEMELIHARAAN JALAN, JEMBATAN DAN PARIT DRAINASE
Jalan Utama
Jalan utama adalah jalan poros yang berada di dalam ataupun luar kebun. Fungsinya untuk transportasi alat/bahan-bahan dari dan ke gudang induk, transportasi dari dan ke afdeling, afdeling-pabrik dan sebagainya. Konstruksi badan jalan dikeraskan dengan sirtu/batu belah 5/7 tebal 7 cm, karena jalan ini sering dilalui truk berkapasitas yang lebih tinggi. Permukaan jalan ini dibuat seperti punggung kerbau lebih tinggi di bagian tengah jalan dengan kemiringan 2,5 – 4% ke arah kiri kanan. Panjang jalan utama 40 – 50 m/ha.
Pada daerah-daerah datar/rendahan di kiri kanan sering dibuat bahu jalan dengan lebar 1,5 – 2,0 m dan di sebelah luarnya dibuat parit/selokan (ukuran 1 x 0,6 x 0,5 m; disesuaikan dengan kebutuhan/keadaan areal). Jika jalan tersebut terdapat di pinggiran/tebing jurang maka parit/selokan hanya dibuat di sebelah dalam/dinding jalan, sedangkan pada pinggir jurang dibuat benteng. Pada areal yang bergelombang sampai berbukit jalan utama lebih panjang serta sistem jaringannya berbeda dengan di daerah datar/berombak.
Ukuran jalan utama:
• Lebar = 16 m (2 gawangan)
• Pinggir = 2 m
• Parit = 1 x 0,6 x 0,5 m
• Bahu jalan = 2 m
• Badan jalan ± 6 m
Jalan Produksi
Jalan ini dibuat di tengah-tengah blok dan memotong dengan jalan utama (tegak lurus) sebagai tempat pengumpul hasil. Panjang jalan produksi 60 – 80 m/ha. Jalan produksi harus disesuaikan dengan bentuk/keadaan dan luas blok. Pada daerah bertofografi datar (luasnya ± 25 ha/blok) jarak antara jalan produksi adalah 500 m, sedangkan pada daerah berbukit (dengan luas ± 16 ha/blok) jarak antara jalan produksi adalah 400 m.
Ukuran jalan produksi:
• Lebar = 8 m
• Pinggir jalan = 0,9 m
• Parit jalan = 0,6 x 0,4 x 0,3 m
• Bahu jalan = 0,5 m
• Badan jalan = 4 – 5 m
Jalan Kontrol/Blok
Jalan kontrol berfungsi untuk mempermudah pengontrolan pada areal serta sebagai penghubung antara blok dengan blok lainnya atau batas pinggiran kebun. Pada daerah yang datar jalan kontrol dapat dibuat dengan memperlebar batas blok, sedangkan pada daerah bergelombang/berbukit dibuat tersendiri yakni dengan mengikuti jurang/batas alam.
Ukuran jalan kontrol/blok:
• Lebar = 8 m
• Pinggir jalan = 0,9 m
• Parit jalan = 0,6 x 0,4 x 0,3 m
• Bahu jalan = 0,5 m
• Badan jalan = 4 m
Jembatan
Pada daerah yang dialiri sungai, pembuatan jaringan jalan diusahakan melalui bagian sungai yang tersempit, agar pembangunan jembatan lebih mudah dan efisien. Pada sungai kecil dan dangkal cukup dibuat gorong-gorong. Kebutuhan untuk satu tempat gorong-gorong = 7 buah; batu = 1-2 m3; tenaga = 6 – 10 HK. Ukuran gorong-gorong besar panjang 1m, diameter 1m; Kecil panjang 1m, diameter 0,6m.
Parit Draenase
Parit drainase berfungsi untuk pembuangan air dari dalam ke luar kebun.
Ukuran parit drainase
Jenis Parit Lebar
Atas (m) Lebar
Dasar (m) Kedalaman
(m) Standar Pembuatan
Manual Mekanis
Primer
Sekunder
Tersier
Kuarter
3,5-5,0
2,2-2,7
1,3-1,7
0,8-1,0
2,0-3,0
1,0-1,2
0,5-0,7
0,3-0,4
1,5-2,0
1,2-1,5
0,8-1,0
0,5-0,6
2-2,5m/HK
3-4m/HK
4-6m/HK
8-10m/HK
20-40m/JKT
40-60m/JKT
60-70m/JKT
80-100m/JKT
1. Pemeliharaan Jalan
Pada jalan-jalan di kebun-kebun tidak dilakukan pengerasan dengan batu dan dianggap cukup dengan menyiapkan permukaan jalan. Ini berarti memperbaiki susunan bahan tanah dengan mempergunakan suatu perbandingan yang tepat antara pasir dan tanah liat, sehingga di samping permukaan yang cukup keras yang pada musim hujan tidak menjadi becek dan pada musim kering tidak memberikan debu.
Pada prinsipnya keadaan jalan-jalan yang telah ada harus dirawat/dirubah sedemikian rupa sehingga keadaannya mencapai bentuk dan lapisan permukaan yang cukup keras yang pada musim hujan tidak menjadi becek dan pada musim kering tidak memberikan debu.
Beberapa hal yang dalam perawatan jalan :
1. Pengaliran air adalah syarat utama (mendalamkan parit besar)
2. Aliran kesamping dan parit harus tetap terpelihara
3. Keadaan lapisan permukaan, masuknya sinar matahari dan kemiringan harus dipelihara untuk menjamin pengeringan air permukaan dari jalan
4. Penimbunan lapisan permukaan selamanya harus dilaksanakan dengan mempergunakan jenis tanah yang cocok, bila mungkin dicampur dengan pasir atau kerikil
5. Tanah humus ataupun tanah lembek yang mengandung bahan-bahan organik sama sekali tidak boleh dipergunakan untuk melapisi permukaan ataupun menimbun lobang-lobang.
6. Operasi Road grader, bulldozer dan compactor, harus diorganisir oleh administratur agar dipakai pada tempattempat yang paling memerlukannya. (Tugas utama road grader adalah membentuk kemiringan permukaan yang tepat dan karena itu di belakang road grader harus dipekerjakan karyawan dari regu perawatan untuk membuka kembali jalan-jalan air.
2. Pemeliharaan Parit Drainase
Pemeliharaan parit drainase umumnya dilakukan 1 kali setiap 6 bulan berupa membersihkan rumput-rumput di tebing parit dengan membabat dan mendalamkan parit-parit yang ada dari hilir ke hulu.
Norma kerja pemeliharaan parit:
Jenis Parit Pekerjaan Pemeliharaan
Pembersihan (m/HK) Pendalaman (m/HK)
Primer
Sekunder
Tersier
Kuarter 25
40
60
90 15
20
30
40
3. Pemeliharaan Tapak Kuda, Teras Kontur, Benteng dan Rorak
Pemeliharaan tapak kuda dan teras kontur berupa mempertahankan pada bentuk dan ukuran semula dapat juga menambah luasnya yang dilakukan secara manual dengan cangkul. Pemeliharaan dilakukan tiap 1 tahun sebanyak 25% dari jumlah yang ada (1 kali tiap 4 tahun).
4. Pengendalian Gulma
Pengertian tanaman belum menghasilkan (TBM) adalah masa sebelum panen (dari saat tanam sampai panen pertama); berlangsung 30-36 bulan.
Terdiri atas :
TBM 0 : menyatakan keadaan lahan yang sudah selesai dibuka, ditanami kacangan penutup tanah dan kelapa sawit sudah ditanam pada tiap titik pancang.
TBM 1 : tanaman pada tahun ke I (0-12 bulan)
TBM 2 : tanaman pada tahun ke II (13-24 bulan)
TBM 3 : tanaman pada tahun ke III (25-30 atau 36 bulan)
Klasifikasi penutup tanah di gawangan :
W0 : belum ada tanaman penutup tanah
W1 : 100% penutup tanah kacangan
W2 : 85% kacangan + 15% gulma lunak; bebas lalang
W3 : 70% kacangan + 30% gulma lunak; bebas lalang
W4 : 50% kacangan + 50% gulma lunak; bebas lalang
Beberapa jenis gulma diperkebunan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :
Kategori Nama Latin Nama Indonesia/Daerah
I. Jahat/sangat mengganggu
II. Sedang dan lunak
Imperata cylindrica
Mikania micrantha
Mikania cordata
Mimosa pudica
Mimosa invisa
Eupatorium odoratum
Lantana camara
Clidemia hirta
Melastoma affine
Axonopus compressus
Paspalum conjugatum
Cyperus rotundus
Gleichenia linearis
Dryopterus arida
Ageratum conyzoides
Borreria latifolia
Borreria laevicaulis
Phyllanthus niruri Lalang
Sembung rambat
Mikania
Putri malu, kucingan
Pis kucingan
Putihan
Tahi ayam, Tembelekan
Hrendong
Senduduk
Rumput pahit/Pahitan
Rumput pahit/Bufallo grass
Teki
Pakis kawat
Pakis kadal
Wedusan, babandotan
Kentangan
Rumput kancing ungu
Meniran
Kriteria pekerjaan:
Penutup tanah tetap diupayakan 100% Leguminosa selama masa TBM, kemudian secara berangsur-angsur bercampur dengan rumput-rumput lunak.
• TBM 1: W1 penutup tanah seluruhnya (100%) kacangan. Rumput-rumput dan gulma lain dibersihkan semua.
• TBM 2 : W1
• TBM 3 :
a. Penutup tanah terdiri dari 70% kacangan + 30% gulma lunak
b. Yang diberantas adalah gulma jahat : lalang, mikania, pahitan, pakis, teki
c. Kacangan yang merambat ke pohon kelapad sawit diturunkan
d. Gulma lunak tidak perlu diberantas : wedusan
• Rotasi penyiangan :
a. Bulan 1 – 4 : intensif (2-2-2-3-3-4 mg; 4-6 HK/ha)
b. Bulan 5 – 7 : 1 kali setiap bulan (8 HK/ha)
c. Bulan 8 – 22 : 1 kali setiap bulan (4 HK/ha)
Penyiangan gawangan :
• Manual dengan cara menggaruk/mencabut gulma. Bila vegetasi > 70 cm dengan dibabat. TBM 1 = TBM 2 : 1 kali setiap bulan
TBM 3 : 1 kali setiap dua bulan
• Secara Kemis menggunakan Round up 0,6 l/ha + 0,5 l/ha 2,4 D-Amine
TBM 1,2 = 1 Hk/ha
TBM 3 = 0,75 Hk/ha
Garuk Piringan
Garuk piringan dilakukan dengan menarik sebahagian rerumputan dan sedikit tanah yang digaruk ke arah pangkal pohon dan sebagian lagi ditarik ke arah luar piringan
Rotasi dan Radius Piringan TBM
Umur (Tahun) Radius (Cm) Rotasi
0 – 6 bulan
7 – 9 bulan
10 – 12 bulan
Tahun 2 – 3 P100 + W1
P100 + W1
P150 + W1
P200 + W1 2 Minggu
3 Minggu
3 Minggu
1 bulan
3. Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan
Keberhasilan pemupukan ditentukan banyak faktor yang harus harus diperhatikan dalam pelaksanaannya. Setiap pelaksanaan di lapangan dituntut bekerja sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan, sehingga setiap pokok mendapat pupuk sesuai dengan jenis dan dosis pupuk yang telah dianjurkan.
Pekerjaan pendahuluan yang harus dilakukan sebelum melaksanakan pemupukan adalah :
1. Persiapan lapangan ; piringan harus bersih dengan lebar yang cukup
2. Persiapan peralatan dan pupuk :
o Takaran diberi tanda sesuai dosis
o Ember atau karung untuk tempat pupuk
o Pupuk yang mengumpal harus terlebih dahulu dihancurkan
3. Persiapan pengangkutan
o Transport sudah diatur dan dipersiapkan sehari sebelumnya, sehingga pupuk pagi-pagi sudah tiba di blok yang akan dipupuk
o Pengeceran dan jumlah kantong pertumpuk sesuai dengan kebutuhan
o Kantongan pupuk harus dikumpulkan
4. Keamanan
o Keamanan pupuk yang telah diecer harus terjamin pengamanannya,untuk itu agar diawasi.
5. Organisasi dan pelaksanaan
o Tenaga penabur sudah terlatih dan tersedia sesuai dengan kebutuhan
o Pupuk diecer ke blok oleh tenaga sendiri
o Penaburan pupuk sesuai dengan barisan masing-masing
o Pupuk ditabur sekeliling piringan penuh, tidak dibenarkan penaburan yang terputus-putus.
o Jarak tabur pupuk tepatnya di bawah proyeksi ujung tajuk.
o Pada tanah miring, pupuk ditaburkan di sebelah lahan piringan yang lebih tinggi.
4. Kastrasi/Ablasi
Ablasi atau kastrasi adalah pembuangan bunga jantan dan betina muda selama tanaman belum menghasilkan. Ideal agar dilaksanakan jika pembangunan pabrik tertunda atau luas areal kurang luas untuk memenuhi kebutuhan pabrik.
Pelaksanaan ini akan memindahkan nutrien dari buah yang tidak bernilai ekonomi ke pertumbuhan vegetatif. Pohon yang diablasi biasanya tumbuh jagur dan merata dan biasanya mempuyai sistem perakaran yang lebih baik.
Keuntungan lainnya adalah janjangan yang dihasilkan setelah ablasi lebih sehat dan ukurannya lebih seragam.
Kelemahannya adalah setelah panen pertama berproduksi sangat tinggi, panen pada tahun ke-2 akan menurun.
Sebagai ganti ablasi, perusahaan menetapkan dilakukannya pruning sebelum harvesting dan sanitasi. Pekerjaan ini menggunakan dodos untuk membuang semua janjangan yang busuk dan juga pelepah-pelepah yang tidak berguna. Dilakukan 1 kali saja pada saat umur tanaman 18 atau24. Ini akan memudahkan pekerja termasuk pembuah untuk bekerja dengan mudah di sekitar pohon. Pekerjaan ini dikerjakan dalam periode 6 bulan biasanya antara umur 24-30 bulan atau bila jumlah bunga hasil monitoring pada satu blok sudah mencapai 50%.
Dalam pelaksanaan ablasi semua bunga jantan dan betina sampai ketinggian 30 cm di atas tanah dibuang, pelepah jangan terpotong. Bunga yang masih kecil dipatahkan dengan mata pengait sedangkan bunga yang sudah besar dengan alat dodos. Bunga-bunga tersebut dikumpulkan ke jalan pikul dan kalau sudah kering dibakar.
PEMBUATAN PASAR PIKUL, TITI PANEN
DAN TEMPAT PENGUMPULAN HASIL
1. Pembuatan Pasar Pikul
Pasar pikul harus dibuka secara bertahap selama masa tanaman belum menghasilkan. Pembuatan pasar pikul disesuaikan dengan umur tanaman. Pasar pikul yang dibuat semasa TBM berfungsi terutama untuk sarana memperlancar supervisi, pemeliharaan tanaman dan pelaksanaan panen pada waktu TM.
Tahap-Tahap pembuatan pasar pikul dengan umur tanaman belum menghasilkan :
Umur (Tahun) Jumlah Pasar Pikul Keterangan
Perbandingan %
s/d 1
2
3 1 : 8
1 : 4
1 : 2 25
50
100 1 : 8 artinya 8 baris tanaman dibuat 1 pasar pikul
Lebar pasar pikul
80 – 100 cm
Untuk membuka pasar pikul di areal yang ditanami kacangan cukup dengan memotong sulur-sukurnya dan menariknya ke belakang.
Perawatan selama masa belum menghasilkan harus secara manual. Bahan kimia akan mematikan kacangan di gawangan sebelum waktunya.
Setelah gawangan ternaungi seluruhnya dan kacangan sudah mati, untuk weeding dapat digunakan bahan kimia.
Semua balok dan penghalang lainnya harus dibuang sewaktu pembukaan awal pasar pikul ini.
2. Jembatan/Titi Panen
Untuk mempermudah pemanen mengambil/mengangkut buah dibuat jembatan panen pada tempat-tempat tertentu yang diperlukan. Jembatan panen ini dapat dibuat dari kayu atau beton. Pemasangan pada TBM1 = 25%, TBM2 = 25%, TBM 3 = 50%
3. Tempat Pengumpulan Hasil (TPH)
Tempat pengumpulan hasil dibuat 3 – 6 bulan sebelum panen dengan ukuran 2×2 m, satu TPH tiap 6 gawangan. Pembuatan dengan menggunakan cangkul membersihkan penutup tanah/rumput.
4. Pengendalian Hama Penyakit Tanaman K. Sawit
5. Pelaksanaan Polinasi
»»  

Sabtu, 14 April 2012

Pemeliharaan Kebun Sawit

1. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM )
Tanaman belum menghasilkan atau ( TBM ) adalah tanaman dimana tanaman kelapa sawit belum menghasilkan produksi secara maksimal tanamna ( TBM ) ini menjadi menjadi beberapa bagian yaitu :
a. TBM 0 : Tanaman yang baru ditanam pada saat bulan tanam sampai dengan bulan Desember yaitu : antara bulan 8 – bulan 12.
b. TBM I : Tanaman yang berumur 2 tahun, tanaman baru setelah berumur 1 tahun dilapangan.
c. TBM II : Dimana TBM 2 tahun, setelah TBM I .
d. TBM III : TBM 3 tahun adalah dimana setelah TBM II.
Pada TBM perlu dilakukan juga penyisipan pada tiap – tiap TBM, yaitu :
a. TBM I : 5 %
b. TBM II : 2,5 %
c. TBM III : 1 %
Aturan yang digunakan dalam melakukan penyisipan adalah apabila tanaman belum menghasilkan tanaman I ( TBM I ) yang mati 1 pokok, maka tanaman disisip dengan 1 pokok. Apabila pada TBM II dan TBM III yang mati adalah 2 pokok, maka cukup 1 pokok saja yang disisip yang sesuai dengan aturan ( Rumus yang berlaku ) .
Untuk pemeliharaan dan tahapan pekerjaan yang dilakukan pada TBM adalah sebagai berikut :
1.1. Meghitung jumlah tanaman yang normal dan abnormal
tanaman Disisni dilakukan penghitungan dengan tujuan untuk melihat dan mengetahui mana tanaman yang normal dan abnormal serta melihat tanaman yan terserang hama dan penyakit dan sampai mati.
1.2. Pemantauan pada TBM
Merupakan perkerjaan yang bertujuan untuk melihat keadaan tanaman disetiap blok TBM untuk melihat kekurangannya, seperti tanah yang kurang padat, tanaman miring,tanaman yang tergenang air, dan lainnya.
1.3. Penyisipan
Penyisipan merupakn pekerjaan yang bertujuan untuk menyisip tanaman yang mati dilapangan, dan ini dilakukan pada saat setelah tanam. Adapun syarat penyisipan adalah, pada TBM I sisipan 5%, TBM II 25%, dan TBM III 1%.
1.4. Pemeliharaan jalan
Pemeliharaan jalan meliputi benteng,teras dan lainnya. Tujuan dari pemeliharaan ini adalah untuk memperbaiki jalan yang rusak dimana jalan ini ini akan di gunakan unuk pengangkutan hasil produksi dari tanaman kelapa sawit setelah tanaman TBM menjadi tanaman menghasilkan (TM).
Untuk pemeliharaan jalan dapat menggunakan cara manual yaitu dengan cara mencangkul, menggaruk, yang mana dapat digunakan untuk menutup lobang, membuang batu serta rumput, dan lain sebagainya.Selain itu pemeliharaan jalan juga dapat menggunakan cara mekanis yaitu dengan menggunakan alat berat.
1.5. Penyiangan
Di dalam melakukan penyiangan, kegiatan yang dilakukan adalah untuk memberantas pertumbuhan gulma yangb ada. Penyiangan ini dapat dilakukan dengan cara manual dan cara kimia seperti penyemprotan atau chemis. Cara manual dilakukan bila gulma dapat berupa anak kayu (di dongkel), lalang (di cabut), dan gulma jenis rumputan dapat menggunakan garuk ataupun di cabut. Untuk rotasi cara manual ini adalah dua minggu sekali dengan menngunakan 6 – 8 Hk /ha pada bulan pertama.
1.6. Pemupukan
Pemupukan TBM di perkebunan PTPN II Tanjungb garbus – Pagar marbau dilakukan sesuai dengan umur tanaman,dan untuk rotasi pemupukan tanaman belum menghasilkan, di perkebunan PTPN II Tanjung garbus - Pagar Marbau adalah :
a. TBM 1 di lakukan pemupukan 4 x dalam setahun dan jarak penaburan dari pohon 25 cm, dan lebar penaburan 25 cm.
b. TBM 2 di lakukan pemupukan 3 x dalam setahun dan dalam melakukan pemupukan jarak pemberian pupuk dari pohon adalah 50 cm, dan lebar penaburan adalah 25 cm.
c.TBM 3 di lakukan pemupukan 2 x dalam setahun dan dalam pemberian pupuk jarak penaburan adalah 75 cm dan lebar penaburan 25 cm.
Tabel 3. Untuk dosis pupuk yang biasa di berikan pada TBM I, II, dan III dengan dosis g / pohon adalah sebagai berikut :
Umur setelah Tanam ( Bulan)
Jumlah Pupuk ( g / Pohon )
UREA
RP
MOP
KIESRIT
BORON
5
7
9
12
150
400
400
400
-
-
500
-
100
500
-
500
-
-
250
-
-
-
20
-
Jumlah
1.350
500
1.100
250
20
16
20
24
750
750
750
-
750
-
750
750
750
500
750
500
30
-
50
Jumlah
2.250
750
2.250
1.750
80
28
32
750
750
-
1000
750
750
75
-
750
-
-
Jumlah
1.500
1000
1.500
750
-
Total
5.100
4.850
4.850
2.750
100
Sumber : PTPN – II Tanjung Garbus – Pagar Marbau
1.7. Tunas pasir
Tunas pasir adalah dimana membuang buah – buah yang busuk dan juaga membuang peleah – pelepah yang kering. Alat yang sering para pekerja gunakan dalam pelaksanaan tunas pasir adalah dodos, dan pekerjaan ini dilakukan pada saat panen perdana / panen awal.
1.8. Pemberantasan hama dan penyakit kelapa sawit
Pada tanaman belum menghasilkan hama yang sering menyerang kelapa sawi adalah hama ulat kantong dan hama kumbang tanduk (oryctes rhinoceros). Dalam pemberantasan hama kumbang tanduk dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan manual an kimia.
Cara manual ini dilakukan dengan menggunakan alat kawat yakni menarik kumbang yang bersembunyi kemudian di bunuh, bisa juga dengan cara langsung mengambil kumbang tanduk dengan tangan. Sedangkan dengan cara kimia adalah dengan menggunakan insectisida dengan dosis 15 – 30 g / pokok, dengan rotasi 3 bulan.
Untuk pemberantasan hama ulat kantong dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara manual dan cara kimia. Cara manual ini dapat dilakukan dengan mengutip dan membunuh hama, dan dapt pula dengan membuang pelepah yang terserang hama dalam jumlah besar. Sedangkan cara kimia adalah dengan cara pengasapan (poging).
Penyakit yang sering menyerang tanaman belum menghasilkann adalah penyakit tajuk dan penyakit busuk batang ( ganoderma ). untuk penyakit tajuk ini biasanya disebabkan oleh bawaaan genetis, dimana gejala serangannya terlihat bila tajuk membuka dan membengkok. Untuk pengendalian penyakit ini biasanya di biarkan saja, karena penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 6 – 12 bulan
Untuk penyakit ganoderma biasanya memiliki ciri yang ditimbulkannya pada kelapa sawit, cirinya yaitu sebagai berikut :
a. Daun seperti kekurangan unsur hara dan air.
b. Pada tanaman muda penyakit ini dapat menyebabkan kematian
c. Pelepah layu terkulai,dan warnanya kusam dan coklat
d. Batang kelapa sawit sangat keropos karena penyakit ini mengambilair yang berada pada tanaman kelapa sawit.
Dalam pemberantasan penyakit busuk batang ( ganoderma ) yang sangat efisien adalah dengan cara membongkar dan membuang tanaman serta membakar sumber penyakit yang terinfeksi, dan bila bekas bongkaran hendak ditanam kembali sebaiknya tanah di olah terlebih dahulu.
2. Tanaman Menghasilkan
Dalam pemeliharaan tanaman menghasilkan merupakan kegiatan untuk memotifasi pertumbuhan tanaman dengan baik, dengan tujuan agar tanaman dapat berproduksi dengan baik dan seoptimal mungkin. Agar tanaman menghasilkan produksi dengan baik, maka taman harus di pelihara dengan baik, dan tahapan pemeliharaan pada TM adalah sebagai berikut :
2.1. Penyemprotan / Penyiangan gulma
Penyiangan adalah kegiatan yang bertujuan untuk membersihkan tanaman dari gulma– gulma yang ada, seperti lalang, rerumputan, anak kayu sebaiknya cara yang digunakan adalah cara manual yaitu dengan cara mendongkel (anak kayu) dan dicabut lalang .
Sedangkan untuk membersihkan gulma jenis rumpun - umputan, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Cara kimia
b. Dan cara manual
Untuk cara kimia ( Chemis ) dapt digunakan dengan menggunakan racun jenis herbisida, sedangkan denga manualdapat digunakan dengan alat seperti garuk, babat, dimana alat ini dapat membersih gulma yang ada dipiringan maupun yang berada dipasar pikul.
2.2. Pemupukan
Pemupukan pada tanaman menghasilkan sebanyak dua kali dalam setahun. Dasar pemupukan diperoleh setelah dilakukan analisis daun, dimana daun yang efisien untuk dianalisis adalah pelepah daun.
Pemupukan yang baik dilaksanakan pada msim hujan kecil yaitu sekitar (> 60 mm ), karena pupuk akan lebih cepat larut sehingga dapat diserap oleh tanaman, dan bila pada musim hujan besar danmusim kemarau sebaiknya pemupukan ditunda.
Didalam pemupukan dosis yang dipergunakan pada tanaman menghasilkan ini dapat berbeda trgantung dari pada tingkat kesuburan tanah dan umur tanaman, dan juga tergantung dari hasil analisis daun. Pada kebun Tanjung garbus - /Pagar marbau, dosis pemupukan dilakukan sesuai dengan rekomendasi pemupukan Yang merupakan hasil dari analisis. Urutan pemupukan dimulai dengan pemberian pupuk RP, Dolomit, Urea, MOP, dengan rotasi 2 minggu sekali
Cara yang digunakan dalam melakukan pemupukan yaitu dengan cara sebar merata didalam piringan, untuk jarak penebaran pada tanaman menghasilkan yaitu:
a. TM < style=""> : Penaburan pupuk diberikan dengan jarak 2 – 2,5 m dari pokok, untuk semua jenis pupuk.
b. TM > 8 tahun : Penaburan pupuk, khususnya pupuk RP dan dolomit 25 % dari bagian pupuk, ditabur sejauh 20 cm dari pinggir piringan, ditabua dan dengan jarak 2 – 2,5 m dari pokok, dan untuk pupuk urea dan MOP dapat ditabur dengan jarak 2 – 2,5 m dari pokok.
»»  

PEMUPUKAN

Tujuan dari pemupukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) adalah untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif. Sedangkan pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM) diarahkan untuk produksi buah. Pemberian pupuk dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan. Pemupukan dilakukan dengan menyebarkan pupuk secara merata di dalam piringan.


Gambar . Pemupukan Kelapa Sawit

A. PERANAN UNSUR HARA
Nitrogen

• Penyusunan protein, klorofil dan berperanan terhadap fotosintesa
• Kekurangan Nitrogen menyebabkan daun berwarna kuning pucat dan menghambat pertumbuhan.
• Kelebihan Nitrogen menyebabkan daun lemah dan rentan terhadap penyakit/hama, kekahatan Boron, White Stripe dan berkurangnya buah jadi.

Defisiensi N

• Defisiensi N - drainase buruk
• Defisiensi Cu - ujung daun kering
• Penyebab defisiensi Nitrogen : Terhambatnya mineralisasi Nitrogen, aplikasi bahan organik dengan C/N tinggi, gulma, akar tidak berkembang, pemupukan Nitrogen tidak efektif.
• Upaya : Aplikasi secara merata di piringan,Tambah Urea pada tanaman kelapa sawit, aplikasi Nitrogen pada kondisi tanah lembab, kendalikan gulma.

Phosphor

• Penyusun ADP/ATP, memperkuat batang dan merangsang perkembangan akar serta memperbaiki mutu buah
• Kekurangan P sulit dikenali, menyebabkan tanaman tumbuh kerdil, pelepah memendek dan batang meruncing.
• Indikasi kekurangan P : Daun alang-alang berwarna ungu, LCC sulit tumbuh dengan bintil akar yang sedikit.
• Penyebab defisiensi P : P tanah rendah ( < 15 ppm ), Top Soil tererosi, kurangnya pupuk P dan kemasaman tanah tinggi.
• Upaya : Aplikasi P dipinggir piringan/gawangan, kurangi erosi, tingkatkan status P tanah, dan perbaiki kemasaman tanah.

Kalium

• Aktifitas stomata, aktifitas enzim dan sintesa minyak. Meningkatkan ketahanan terhadap penyakit serta jumlah dan ukuran tandan.
• Kekurangan K menyebabkan bercak kuning/transparan, white stripe, daun tua kering dan mati.
• Kekurangan K berasosiasi dengan munculnya penyakit seperti Ganoderma.
• Kelebihan K merangsang gejala kekurangan B sehingga rasio minyak terhadap tandan menurun.
• Penyebab kekurangan K : K didalam tanah rendah, kurangnya pupuk K, kemasaman tanah tinggi dengan kemampuan tukar kation rendah.
• Upaya : Aplikasi K yang cukup, aplikasi tandan kelapa sawit, perbaiki kemampuan tukar kation tanah dan aplikasi pupuk K pada pinggir piringan.




Defisiensi K - Bercak oranye (Confluent Orange Spotting)

Magnesium ( Mg )

• Penyusun klorofil, dan berperanan dalam respirasi tanaman, maupun pengaktifan enzim.
• Kekurangan Mg menyebabkan daun tua berwarna hijau kekuningan pada sisi yang terkena sinar matahari, kuning kecoklatan lalu kering.
• Penyebab defisiensi Mg : Rendahnya Mg didalam tanah, kurangnya aplikasi Mg, ketidak seimbangan Mg dengan kation lain, curah hujan tinggi ( > 3.500 mm/tahun ), tekstur pasir dengan top soil tipis.
• Upaya : Rasio Ca/Mg dan Mg/K tanah agar tidak melebihi 5 dan 1,2, aplikasi tandan kelapa sawit, gunakan Dolomit jika kemasaman tinggi, pupuk ditabur pada pinggir piringan.

Defisiensi Mg - Sisi daun yang terkena sinar matahari menguning.

• Defisiensi Cu - Ujung anak daun nekrosis
• Tumbuh kerdilTembaga ( Cu )
• Pembentukan klorofil dan katalisator proses fisiologi tanaman.
• Kekurangan Cu menyebabkan Mid Crown Clorosis (MCC) atau Peat Yellow.
• Jaringan klorosis hijau pucat - kekuningan muncul ditengah anak daun muda. Bercak kuning berkembang diantarajaringan klorosis. Daun pendek, kuning pucat kemudian mati.
• Penyebab defisiensi Cu : Rendahnya Cu didalam tanah gambut atau pasir, tingginya aplikasi Mg, aplikasi N dan P tanpa K yang cukup.
• Upaya : Perbaiki rendahnya K tanah, basahi tajuk dengan 200 ppm Cu SO4.

Boron

• Meristimatik tanaman, sintesa gula dan karbohidrat, metabolisme asam nukleat dan protein.
• Kekurangan Boron menyebabkan ujung daun tidak normal, rapuh dan berwarna hijau gelap, daun yang baru tumbuh memendek sehingga bagian atas tanaman terlihat merata.
• Penyebab defisiensi Boron : Rendahnya B tanah, tingginya aplikasi N, K dan Ca.
• Upaya : Aplikasi 0,1 - 0,2 kg/pohon/tahun pada pangkal batang.

Pelepah memendek, Malformasi anak daun, Daun mengkerut

B. JENIS DAN SIFAT PUPUK

Sumber Hara
1. Tanah
2. Residu tanaman : Pelepah, Tandan Kelapa Sawit, Abu janjang, Limbah cair dan kacangan penutup tanah.
3. Pupuk An-Organik : Tunggal, Campur, Majemuk, Majemuk khusus

Pupuk An-Organik
1. Pupuk tunggal : Mengandung satu hara utama, tidak terlalu mahal per kg hara, mahal dibiaya kerja, mudah diberikan sesuai rekomendasi.
2. Pupuk Campur : Campuran beberapa pupuk tunggal secara manual, sekali aplikasi, tidak semua pupuk dapat dicampur, keseragaman campuran beragam, sulit untuk diterapkan untuk tanaman menghasilkan.
3. Pupuk Majemuk : Satu formulasi mengandung beberapa hara utama, harga per kg hara mahal, sekali aplikasi, mudah disimpan, biaya aplikasi murah, sulit diterapkan untuk tanaman menghasilkan.
4. Pupuk Majemuk Khusus : Pupuk majemuk yang dibuat secara khusus, seperti dalam bentuk tablet atau pelet. Harga per satuan hara lebih mahal dibandingkan pupuk lainnya, efektivitas masih perlu diuji.

Sifat Pupuk
Sifat pupuk sangat beragam sehingga pemilihan pupuk hendaknya mengacu pada Standar Nasional Indonesia ( SNI ) yang telah ada..
C. Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

• Dosis pupuk ditentukan berdasarkan umur tanaman, jenis tanah, kondisi penutup tanah, kondisi visual tanaman.
• Waktu pemupukan ditentukan berdasarkan jadual, umur tanaman.
• Pada waktu satu bulan, ZA ditebar dari pangkal batang hingga 30 – 40 Cm.
• Setelah itu ZA, Rock Phosphate, MOP dan Kieserit ditaburkan merata hingga batas lebar tajuk.
• Boron ditebarkan diketiak pelepah daun
• ZA, MOP, Kieserite dapat diberikan dalam selang waktuyang berdekatan.
• Rock Phosphate tidak boleh dicampur dengan ZA. Rock Phosphate dianjurkan diberikan lebih dulu dibanding pupuk lainnya jika curah hujan > 60 mm.
• Jarak waktu pemberian Rock Phosphate dengan ZA minimal 2 minggu.
• Pupuk MOP tidak dapat diganti dengan Abu Janjang Kelapa Sawit.


Standar Dosis Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Pada Tanah Gambut :

Umur (Bulan)* Dosis Pupuk (gram/pohon)
Urea RP MOP (KCl) Dolomit HGF-B CuSO4
Lubang tanaman - - - - - 25
3 100 150 200 100 - -
6 150 150 250 100 - -
9 150 200 250 150 25 -
12 200 300 300 150 - -
16 250 300 300 200 25 -
20 300 300 350 250 - -
24 350 300 350 300 50 -
28 350 450 450 350 50 -
32 450 450 500 350 - -
*) Setelah tanam dilapangan

Standar Dosis Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Pada Tanah Mineral :

Umur (Bulan)* Dosis Pupuk (gram/pohon)
Urea TSP MOP (KCl) Kieserite HGF-B RP
Lubang tanaman - - - - - 500
1 100 - - - - -
3 250 100 150 100 - -
5 250 100 150 100 - -
8 250 200 350 250 20 -
12 500 200 350 250 - -
16 500 200 500 500 30 -
20 500 200 500 500 - -
24 500 200 750 500 50 -
28 750 300 1.000 750 - -
32 750 300 1.000 750 - -
*) Setelah tanam di lapangan


D. Pemupukan Tanaman Menghasilkan (TM)

• Sasaran pemupukan : 4 T ( Tepat jenis, dosis, waktu dan metode)
• Dosis pupuk ditentukan berdasarkan umur tanaman, hasil analisa daun, jenis tanah, produksi tanaman, hasil percobaan dan kondisi visual tanaman.
• Waktu pemupukan ditentukan berdasarkan sebaran curah hujan.

Standar Dosis Pemupukan Tanaman Menghasilkan ( TM ) Pada Tanah Gambut :


Kelompok Umur (Tahun) Dosis Pupuk (kg/pohon/thn)
Urea RP MOP(KCl) Dolomit Jumlah
3 – 8 2,00 1,75 1,50 1,50 6,75
9 – 13 2,50 2,75 2,25 2,00 9,50
14 – 20 1,50 2,25 2,00 2,00 8,00
21 – 25 1,50 1,50 1,25 1,50 5,75


Standar Dosis Pemupukan Tanaman Menghasilkan (T M ) Pada Tanah Mineral :


Kelompok Umur (Tahun) Dosis Pupuk (kg/pohon/thn)
Urea SP-36 MOP(KCl) Kieserite Jumlah
3 – 8 2,00 1,50 1,50 1,00 6,00
9 – 13 2,75 2,25 2,25 1,50 8,75
14 – 20 2,50 2,00 2,00 1,50 7,75
21 – 25 1,75 1,25 1,25 1,00 5,25

E. Unsur Hara Yang Diambil Oleh Tanaman

Jumlah Unsur Hara yang diangkut oleh tanaman Kelapa Sawit dari dalam tanah per Ha/tahun.
Komponen Jumlah unsure Hara (kg/ha/thn)
N P K Mg Ca
Pertumbuhan Vegetatif 40,9 3,1 55,7 11,5 13,8
Pelepah Daun yang ditunas 67,2 8,9 86,2 22,4 61,6
Produksi TBS (25 ton/ha) 73,2 11,6 93,4 20,8 19,5
Bungan Jantan 11,2 24 16,1 6,6 4,4
Jumlah 192,5 47,6 251,4 61,3 99,3

Sumber : Siahaan et.al (1990)

Jumlah Pupuk yang diangkut oleh Tanaman Kelapa Sawit per Ha/tahun

Komponen Jumlah unsure Hara (kg/ha/thn)
Urea SP36 KCl Kieserite Dolomit
Pertumbuhan Vegetatif 88,9 19,7 354 70,7 86,8
Pelepah Daun yang ditunas 146,1 56,6 548 137,7 169
Produksi TBS (25 ton/ha) 159,1 73,8 594 127,9 156,9
Bungan Jantan 24,4 152,7 102 40,6 49,8
Jumlah 418,5 302,8 1.599 376,9 462,5

Dihitung berdasarkan data jumlah hara oleh Siahaan et.al (1990)

F. Waktu Dan Frekwensi Pemupukan

Waktu Pemupukan
• Pemupukan dilakukan pada waktu hujan kecil, namun > 60 mm/bulan.
• Pemupukan ditunda jika curah hujan kurang dari 60 mm per bulan.
• Pupuk Dolomit dan Rock Phosphate diusahakan diaplikasikan lebih dulu untuk memperbaiki kemasaman tanah dan merangsang perakaran, diikuti oleh MOP (KCl) dan rea/Z A.
• Jarak waktu penaburan Dolomit/Rock Phosphate dengan Urea/Z A minimal 2 minggu.
• Seluruh pupuk agar diaplikasikan dalam waktu 2 (dua) bulan.


Frekwensi Pemupukan
• Pemupukan dilakukan 2 - 3 kali tergantung pada kondisi lahan, jumlah pupuk, dan umur - kondisi tanaman.
• Pemupukan pada tanah pasir dan gambut perlu dilakukan dengan frekwensi yang lebih banyak.
• Frekwensi pemupukan yang tinggi mungkin baik bagi tanaman, namun tidak ekonomis dan mengganggu kegiatan kebun lainnya.
»»